Jakarta, CNN Indonesia

Jemaah Masjid Aolia ramai di pemberitaan lantaran merayakan Lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah pada Jumat (5/4). Sang pemimpin menyebut, hal itu berdasarkan komunikasi dengan Allah lewat sambungan telepon.

Jemaah itu melaksanakan salat eid1 Syawal pada Jumat (5/4), atau lima hari lebih awal dari lebaran umat Islam lainnya yang diprediksi jatuh pada 10 April 2024.

Pemimpin Jemaah Masjid Aolia, Raden Ibnu Hajar Pranolo atau biasa dipanggil Mbah Benu menyebut tak memakai perhitungan untuk menentukan hari raya Idul Fitri 1445 H.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Ta’ala. Ya Allah, kemarin tanggal 4 (April), malam 4, ya Allah ini sudah 29 (ramadan), satu syawalnya kapan, Allah Ta’ala ngendika (berkata), Jumat tanggal 5,” kata Mbah Benu.

Pria yang kini menginjak usia 82 tahun itu mengatakan penentuan 1 Syawal versi mereka didasarkan pada spiritual dan keyakinannya di mana malam 30 ramadan jatuh pada Kamis (4/4).

“Allah Ta’ alla ngendika (berkata) 1 syawalnya tanggal 5 (April), Jumat,” katanya.

Kemudian para jemaah melaksanakan ibadah salat eid pada Jumat (5/4) di sejumlah titik. Beberapa di antaranya yakni Masjid Aolia dan kediaman Pimpinan Jamaah Masjid Aolia Raden Ibnu Hajar Pranolo di Dusun Panggang III, Giriharjo.

Mbah Benu menyebut dirinya dan para pengikutnya adalah penganut Tarekat Syattariyah. Di berbagai daerah juga telah melaksanakan salat Idulfitri hari ini seperti halnya jemaah Masjid Aolia.

“Kalau saya dari Tarekat Syattariyah, mursyid Tarekat Syattariyah,” kata Mbah Benu di kediamannya, Dusun Panggang III, Giriharjo.

Kendati tak hafal jumlahnya, ia mengklaim pengikutnya tersebar hingga Kalimantan, Sulawesi, Papua bahkan luar negeri.

Meskipun berbeda dengan umat Islam lainnya dalam menentukan hari Lebaran, Mbah Benu mengaku tetap menghormati masyarakat yang tak berlebaran Jumat (5/4) maupun mereka yang tidak percaya takdir Jamaah Masjid Aolia.

“Yang percaya ya kami perlakukan baik, yang tidak percaya ya kami perlakukan baik. Kita semua ini bersaudara,” ujarnya.

Sementara ituDaud, putra kelima Mbah Benu, mengatakan pernyataan sang ayah terkait ‘telepon langsung ke Allah’ merupakan kiasan semata.

Menurutnya, Mbah Benu mengaji dan melakukan amalan lainnya untuk menentukan awal dan akhir Ramadan serta kedatangan bulan Syawal.

“Ya ngaji, ya amalan dan itu merupakan salah satu karomahnya beliau,” kata Daud saat dihubungi, Sabtu (6/4).

Daud menyadari pernyataan sang ayah telah menimbulkan kegaduhan dari pihak-pihak yang menelannya mentah-mentah. Ia mewakili keluarga dan seluruh Jamaah Masjid Aolia tetap menyampaikan permintaan maaf untuk itu semua.

Ayahnya juga sudah menyampaikan permintaan maafsekaligus klarifikasi lewat sebuah video pendek yang dibuat Jumat (5/4) malam, usai sejumlah pihak termasuk perwakilan Kemenag menemui Mbah Benu.

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Wilayah Kemenag DIY Jauhar Mustofa juga menyebut Jamaah Masjid Aolia memiliki tata cara beribadah mirip NU. Perbedaannya cuma pada cara penanggalan bulan ramadan dan syawal.

“Cuma dalam hal ini (puasa dan lebaran) mereka berbeda,” katanya.

“Mereka punya prinsip memulai puasa dan lebaran, juga punya dalil sendiri yang diyakini oleh Pak Ibnu dan para pengikutnya. Kita tidak bisa memaksakan aturan yang dipakai pemerintah, tidak bisa meskipun tahun ini agak mencolok karena bedanya lima hari. Biasanya kan satu dua hari dengan Aolia,” sambungnya.

Sejauh ini Muhammadiyah mengumumkan akan merayakan Hari Raya Idul Fitri pada Rabu 10 April. Sementara pemerintah dan warga NU belum menetapkan 1 Syawal 1445 H jatuh pada tanggal berapa dalam penanggalan masehi.

(can/mik)

[Gambas:Video CNN]





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *